Serial Negara Sejahtera (5): Tujuan Negara Menurut Islam

Ada dua teori modern tentang negara yang saling bertentangan. Pertama, teori Hegel yang mengatakan bahwa negara adalah perwujudan dari ide suci di muka bumi, di mana tiap warga negara dapat mengidentifikasikan martabat, status, dan arah kehidupannya. Citra Hegelian tentang negara adalah bahwa negara merupakan inkarnasi ide suci dan karenanya ia harus berada di atas segalanya. Makin kuat suatu negara, makin baik bagi para warganya. Maka, tiap warga negara harus menyerahkan seluruh dedikasinya pada negara. Dengan kata lain, dalam konsep Hegelian, negara menjadi aparat yang didewakan, yang berhak menuntut apa pun dari para warganya.

Kedua, teori Marx. Walaupun ia bangga menjadi murid spiritual Hegel, tapi pendangannya tentang negara bertolak belakang dengan pandangan gurunya. Marx berpendapat bahwa negara pada hakikatnya adalah aparat atau mesin opresi, tirani, dan eksploitasi kaum pekerja oleh pemilik alat produksi dan pemegang distribusi kekayaan yang mencelakakan kelas pekerja. Jadi, tidak aneh bila kita temukan konsep mengenai layunya negara setelah terjadi revolusi sosialis dalam khazanah Marxisme. Artinya, setelah berlangsungnya revolusi sosialis, akan terbentuk suatu kediktatoran proletariat dan kemudian melalui kekuasaan kaum proletar itu, perbedaan kelas dapat dimusnahkan sampai terwujud masyarakat tanpa kelas. Dalam masyarakat tanpa kelas inilah negara sebagai aparat penindas kelas kapitalis akan layu dengan sendirinya, akan lenyap selamanya.

Jika Hegel berpendapat bahwa kuat dan mekarnya negara berarti tercapainya cita-cita manusia, maka Marx justru menganggap lenyapnya negara sebagai summum bonum, kebajikan puncak.

Lantas bagaimana pendapat Maududi yang notabene berpegangan pada al Quran? Pembentukan negara adalah hanya sebagian dari misi Islam yang agung. Membangun negara merupakan salah satu kewajiban agama. Oleh karena itu, negara yang sudah dibangun perlu dipelihara eksistensinya, tapi tak boleh kemudian didewa-dewakan. Islam menolak utopia Marx yang ingin melenyapkan negara, yang pada gilirannya akan menimbulkan anarki.

Yang senatiasa perlu diingat adalah bahwa tujuan suatu negara dalam ajaran Islam sudah terlalu jelas. Berdasarkan ajaran al Quran dan as Sunnah, Maududi menerangkan beberapa tujuan diselenggarkaannya negara.

Pertama, untuk mengelakkan terjadinya eksploitasi antarmanusia, antarkelompok, atau antarkelas dalam masyarakat. Kedua, untuk memelihara kebebasan para warga negara dan melindungi seluruh warga negara dari invasi asing. Ketiga, untuk menegakkan sistem keadilan sosial yang seimbang seperti yang dikehendaki al Quran. Keempat, memberantas setiap kejahatan dan mendorong tiap kebajikan yang dengan tegas telah digariskan pula oleh al Quran. Kelima, menjadikan negara sebagai tempat tingal yang teduh bagi tiap warga negara dengan jalan memberlakukan hukum danpa diskriminasi.

Dalam buku Islamic Law and Constitution, diuraikan secara jelas tujuan-tujuan didirikannya suatu negara menurut pandangan Islam. Namun, tak mungkin dalam kata pengantar ini kita uraikan satu per satu. Dari uraian Maududi dalam buku itu, tampak bahwa negara dalam ajaran Islam hanyalah merupakan instrumen pembaharuan yang terus-menerus. Negara konstitusi dan semua perangkat kenegaraan lainnya dibuat untuk kepentingan rakyat, bukan rakyat yang harus menjadi fasistis dan totaliter. Semua perangkat negara itu dapat diubah setiap waktu bila kepentingan rakyat banyak—asal tak bertentangan dengan ajaran agama—menghendakinya.

Sebagai instrument of reform, negara dengan konstitusi, lembaga perwakilan, lembaga kehakiman, dan sebagainya harus mengabdi pada rakyat, bukan sebaliknya. Mengapa harus demikian? Karena jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka penguasa-penguasa negara itu pada akhirnya pasti akan menjadi Fir’aun atau Namrudz modern yang tak kalah jahatnya dibanding dengan Fir’aun atau Namrudz dalam tarikh klasik.

10 comments
  1. Ghulam Azzam Robbani said:

    Mantap Za.
    Za,blogku udah ganti,pindah deng,hehehe….
    di
    azzamthetransformer.wordpress.com

    • reza said:

      oke. sudah diganti. silakan dicek. 🙂

    • reza said:

      hehe.. iya juga ya. tapi kalau dilihat secara keseluruhan, maksudnya kurang-lebih nggak seperti itu kok.. 🙂

  2. dionbagus said:

    Assalamu alaikum mas reza, saya Dion..salam kenal, saya pingin belajar banyak dari mas..kira2 ada bukunya ga mas referensi tulisan ini dan kalo ada link ebooknya…:D

    • reza said:

      wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

      salam kenal juga, mas Dion. serial negara sejahtera 3, 4, 5 saya ambil dari kata pengantar yg ditulis Amien Rais di buku al Khilafah wal Mulk. kata pengantar itu ditulis tahun 1980-an. saya murni copy-paste, dan sama sekali nggak ada tambahan dari saya. utk buku al Khilafah wal Mulk (judul terjemah Indonesia: khilafah dan kerajaan), alhamdulillah sekarang masih beredar kok. dulu penerbitnya Mizan. saya nggak tau penerbit mana yg sekarang punya hak cetak buku ini.

      utk link ebook, silakan klik halaman “download”. memang masih sangat sedikit. tapi insya Allah saya tambahkan pelan2.

      dan secara umum, saya sangat merekomendasikan buku karya ulama’ salaf dan khalaf yg mu’tabar. kita bisa ambil banyak manfaat dari mereka. jadi, buku apa pun yg dibaca, sebenarnya bagus juga.

      semoga bermanfaat. 🙂

      • dionbagus said:

        yang khilafah almuk ga ada link nya mas :D??

      • reza said:

        afwan, saya nggak punya. nanti kalau ada, insya Allah segera saya pasang link-nya di halaman download.

      • dionbagus said:

        ok mas terima kasih..kalo sudah ada kirim linknya k email saya aja mas, dion_pejuang@yahoo.com

        oya saya Dion mas, Mahasiswa di Yogyakarta :>.<

      • reza said:

        saya udah cari-cari, masih belum ketemu juga. afwan. insya Allah, kalau sudah ada, nanti saya pasang link-nya di halaman download.

Tinggalkan komentar