Arsip

Monthly Archives: Oktober 2011

Rosihan Anwar, dalam Petite Histoire Indonesia, menuliskan perjalanannya bersama rombongan kecil Menteri Penerangan Muhammad Natsir suatu kali di bulan Juni 1946. Kunjungan ini terkait peristiwa pembantaian warga Tionghoa di Tangerang atas tuduhan agen NICA. Masa itu, sentimen warga pribumi, khususnya yang tinggal di sekitar ibukota, terhadap NICA dan antek-anteknya yang tersebar di berbagai struktur masyarakat meningkat. Tapi, sebagaimana ketakutan berlebih lainnya yang tak terjaga sesuai porsinya, sentimen ini membuahkan tuduhan-tuduhan yang kelewat batas.

Preman, aktivis pemuda, dan warga lain yang punya energi serta kuasa lebih mulai beraksi. Salah paham mengenai masalah “siapa memihak siapa” menyebabkan warga Tionghoa jadi korban. Mereka yang diduga antek NICA dibunuh. Tak ada catatan pasti mengenai cara dan jumlah warga yang tewas. Sebagian berkata, mereka ditusuk, kadang disembelih—yang punya amunisi ekstra memilih menggunakan bedil—tanpa ada usaha untuk membuktikan kesalahan, melalui cara apa pun. Sekali diduga, habislah nyawa dalam hitungan pekan bahkan hari.

Memang situasi sedang mencekam. Sulit mengetahui siapa kawan dan siapa lawan. Mochtar Lubis menuliskan kondisi psikologis penuh tekanan ini dalam novel berjudul Jalan Tak Ada Ujung. Rosihan Anwar bahkan menuliskan perjalanan mereka saat itu sesekali berhenti untuk melayani pertanyaan serdadu-serdadu bule NICA. “Bila NICA-NICA itu tak mau mendengar dan main tembak saja seperti kelakuan serdadu Ambon dan Indo dari Batalion Sepuluh di jalanan Jakarta,” tulisnya, “kami bisa habis.”

Sepintas, bisa dipahami bila paranoia seperti itu muncul di tengah masyarakat. Tapi sebelum tergesa mengambil kesimpulan, mari kita tengok catatan sejarah lainnya.

***

24 Maret 1946, Bandung berkobar. Tak rela Bandung Selatan berubah menjadi lokasi strategis tentara Sekutu dalam menjajah Indonesia, pejuang kemerdekaan memilih membumihanguskannya sambil meneruskan perang gerilya untuk merebut kembali Bandung dari serdadu Inggris.

Hari itu juga menjadi hari terakhir Read More