Saya tahu artikel ini sangat terlambat di-post di blog ini. Ada beberapa hal yang ingin saya lakukan selepas ujian semester beberapa pekan lalu. Tapi saya pikir, ini perlu ditulis mengingat hal semacam yang akan saya bahas ini beberapa kali saya temui di percakapan sehari-hari saya. Tak hanya terkait dengan satu peristiwa yang akan dibahas ini saja.
Beberapa waktu lalu, Zuhairi Misrawi, di akun twitternya, mengkritik MUI Sumbar atas kasus Aan—orang yang, katanya, menuliskan beberapa ungkapan yang mengandung kemungkinan terjatuhnya orang tersebut pada ateisme.
Saya tak ingin mengomentari kasus itu. Saya tak paham kasus itu dan, karena itu, saya tak ingin menghabiskan waktu dengan mencoba sok tahu dan mengoceh ke sana kemari. Saya hanya ingin mengomentari kritik Zuhairi Misrawi di akun twitternya itu.
Screenshot ini diambil tanggal 21 Januari 2011. Sayangnya, beberapa hari kemudian, setelah saya lihat lagi screenshot ini, ternyata gambarnya kurang jelas. Terpaksa saya cari-cari lagi di akun twitter Zuhairi. Ternyata twit tersebut belum dihapus. Maka, mengingat belum dihapusnya twit tersebut, saya berasumsi bahwa belum ada perubahan pendapat dari Zuhairi dalam hal ini.
Intinya begini: seperti yang sudah dituliskan oleh Zuhairi di akun twitternya, MUI Sumbar melangkahi wewenang Read More