Selayaknya tiap muslim bertanya pada dirinya sendiri tiap saat; berapa banyak orang yang telah mendapatkan hidayah dari Allah dengan perantara dirinya pekan ini? Berapa desa yang telah dimasukinya guna menyeru penduduknya pada Allah? Sudahkah kerabat dekat, tetangga, dan kedua orang tua dida’wahi?
Berapa kali mengunjungi orang sakit dan mengajak mereka pada Islam? Atau memperbaiki hubungan yang renggang antara dua orang yang tengah berseteru? Atau mengunjungi ikhwah fillah? Atau mengajaknya pada Allah dalam pekan ini?
Berapa banyak harta yang telah diinfaqkan bagi kaum muslimin di jalan Allah dalam sepekan ini? Berapa banyak keluarga dari mereka yang tengah diuji sudah mendapatkan bantuan; tenaga, harta, materi, dan dorongan moral? Berapa banyak keluarga syuhada’ yang telah dipenuhi kebutuhannya?
Berapa malam dihabiskan untuk memikirkan amal Islami secara umum, di kota atau desa tempat tinggal secara khusus? Berapa kali telah beramar ma’ruf nahi munkar? Berapa kali telah berjihad menghadapi musuh Islam dan meninggalkan sesuatu yang berarti pada mereka? Berapa kali memperjuangkan hukum Allah dan membela kaum muslimin; dengan darah dan kehormatan mereka?
Adakah langkah kaki ini maju menuju pemahaman dan pengamalan Islam yang lebih baik?
Bila rintangan sedang menghalang, katakan pada diri sendiri,
“Bukankah jika Allah hendak mengambil para syuhada’, Ia menciptakan kaum yang membuka tangan mereka untuk membunuh orang yang beriman? Apakah pantas ada orang yang membunuh Umar selain Abu Lu’lu’ah? Atau Ali selain Ibn Muljam? Atau Sumayyah selain Abu Jahal?
–Syaikh Abdullah Azzam; Washiyyatul Mushthafa li Ahlid Da’wah