Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memujiNya, dan meminta pertolongan padaNya, dan memohon ampun padaNya. Dan kita berlindung pada Allah dari keburukan diri-diri kita, dan dari kejelekan amal-amal kita. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menunjukinya, dan barangsiapa ditunjuki oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan saya bersaksi bahwa tidak ada ilaah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya.
Ikhwah fillah, ada beberapa pesan rasul yang sering saya ingat beberapa hari ini. Iya, saya harus menjelaskan sejak awal bahwa ini terkait dengan pemilihan raya yang baru saja rampung. Bukan tentang hal-hal galau yang biasa menjangkit diri anak-anak muda seusia kita.
Yang pertama adalah kata-kata rasul pada Abdirrahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhu.
Yaa Abdarrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong. Namun jika diserahkan padamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan padamu. (HR Bukhari)
Tanpa bermaksud menyombongkan diri, sekitar tujuh tahun saya menduduki kursi kepemimpinan, dalam berbagai organisasi dan dalam berbagai kapasitas wewenang. Memang, pada awalnya mengasyikkan dan membanggakan, bahkan dalam beberapa kesempatan di masa lalu, saya begitu terobsesi pada jabatan-jabatan tertentu. Motifnya? Bermacam-macam.
Tapi makin lama, semakin saya terlibat dalam diskusi, obrolan santai, hingga adu argumentasi, saya kian sadar bahwa permintaan saya untuk memimpin—atau paling tidak, mengemban amanah—pada sebuah entitas keorganisasian, akan menjauhkan orang-orang di sekitar saya dari empati dan rasa peduli. Yang paling buruk, kita akhirnya tercebur pada kubangan persaingan yang hanya akan disemai dengan iri-dengki, bisik-bisik curiga, dan berakhir pada saling sikut untuk raih sesuatu yang absurd.
Ia, kepemimpinan, jika tak disikapi dengan proporsional, juga akan tumbuhkan sekat, disadari atau tidak. Pernah seorang pengajar di Read More